Oleh : Yohanes Wandikbo )*
Papua kembali menjadi sorotan setelah pemindahan empat tahanan kasus makar dari Sorong ke Makassar memunculkan dinamika di tengah masyarakat. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi munculnya aksi anarkis yang justru dapat mengganggu ketertiban umum. Dalam momentum ini, suara tokoh adat, tokoh masyarakat, dan para pemimpin lokal di Papua Barat Daya muncul sebagai pengingat penting agar seluruh lapisan masyarakat tetap mengedepankan kedamaian dan tidak terprovokasi oleh isu maupun ajakan yang merugikan.
Seruan perdamaian ini mengandung pesan mendalam, bahwa stabilitas sosial di Papua bukan hanya tanggung jawab aparat keamanan atau pemerintah, melainkan juga bagian dari kearifan masyarakat adat yang sejak lama menjunjung tinggi nilai harmoni. Dalam pandangan tokoh adat, kedamaian menjadi fondasi untuk menjaga keberlangsungan kehidupan generasi muda, sekaligus membuka ruang bagi pembangunan yang lebih merata di tanah Papua.
Tokoh Adat Aitinyo Raya di Kabupaten Maybrat sekaligus anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat Daya, Demak Siji, mengingatkan agar masyarakat tidak terseret arus provokasi. Ia menegaskan bahwa aksi anarkis hanya akan menimbulkan kerugian, baik dari sisi keamanan maupun masa depan sosial ekonomi warga. Pesan ini mencerminkan sikap bijak seorang pemimpin adat yang memahami betul dampak buruk dari kekacauan. Ketika energi masyarakat habis untuk konflik, maka yang terhambat adalah pembangunan dan kesejahteraan yang justru sangat dibutuhkan.
Nada serupa juga datang dari Kepala Suku Binasket Kabupaten Sorong, Moses Kaliele. Ia menyerukan agar masyarakat tetap tenang dan tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok tertentu yang sengaja menciptakan keributan. Menurutnya, stabilitas adalah kunci agar seluruh elemen masyarakat dapat menjalankan aktivitas dengan tenang. Dorongan ini bukan sekadar imbauan, melainkan refleksi dari keprihatinan seorang tokoh yang ingin melihat Sorong dan wilayah sekitarnya terus bergerak maju tanpa terjebak dalam konflik yang tidak produktif.
Tidak hanya itu, Tokoh Masyarakat Biak Karon Sekaligus Kepala Kampung Ruaf di Kabupaten Tambrauw, Moses Parebabo, menekankan perlunya masyarakat menjauhi isu-isu negatif yang berpotensi memecah belah. Ia mengajak masyarakat Tambrauw untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif demi kepentingan bersama. Sikap ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya kedamaian sudah menjadi komitmen kolektif berbagai lapisan masyarakat Papua.
Imbauan dari para tokoh tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Papua memiliki kesadaran tinggi untuk tidak terjebak dalam provokasi yang bisa merusak tatanan sosial. Dalam konteks pembangunan Papua, stabilitas keamanan menjadi syarat mutlak. Tanpa suasana damai, sulit bagi pemerintah maupun pihak swasta untuk menjalankan program-program strategis yang dirancang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Papua menyimpan potensi besar, baik dari sumber daya alam maupun keanekaragaman budaya. Namun, potensi itu hanya bisa dioptimalkan apabila keamanan tetap terjaga. Konflik dan kekacauan tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan menjaga kedamaian, maka Papua akan mampu menarik lebih banyak investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur serta pelayanan publik.
Peran tokoh adat dan masyarakat menjadi penting karena mereka adalah figur yang memiliki kedekatan emosional dengan warga. Nasihat mereka lebih mudah diterima karena lahir dari nilai-nilai lokal yang telah dipegang sejak lama. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan budaya dan kearifan lokal merupakan salah satu kunci dalam merawat harmoni di Papua. Ketika tokoh adat bersuara lantang menolak provokasi, maka masyarakat akan lebih percaya bahwa kedamaian adalah pilihan terbaik.
Pemerintah pusat dan daerah pun tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan masyarakat. Kolaborasi menjadi jalan tengah untuk memastikan Papua tetap aman. Aparat keamanan diharapkan bertindak dengan humanis dan mengedepankan dialog, sementara masyarakat menjaga diri dari pengaruh isu-isu yang menyesatkan. Jika keduanya berjalan seiring, maka Papua dapat menjadi contoh bahwa kedamaian bukan utopia, melainkan sesuatu yang dapat diwujudkan melalui komitmen bersama.
Dalam konteks ini, imbauan para tokoh Papua patut diapresiasi. Mereka menunjukkan bahwa kesadaran menjaga stabilitas tidak hanya lahir dari instruksi formal, melainkan juga dari suara moral masyarakat itu sendiri. Pesan moral yang disampaikan para tokoh adat adalah bentuk nyata tanggung jawab sosial yang mengakar dalam budaya Papua: menjaga harmoni demi masa depan generasi penerus.
Selain itu, imbauan untuk menahan diri dari aksi anarkis juga relevan dengan upaya menjaga citra Papua di mata nasional maupun internasional. Dunia tengah menyoroti bagaimana Papua berkembang sebagai bagian integral dari Indonesia. Dengan kedamaian, maka Papua dapat menunjukkan jati diri sebagai wilayah yang tidak hanya kaya budaya, tetapi juga berkomitmen pada persatuan bangsa.
Pada akhirnya, kedamaian Papua adalah investasi jangka panjang. Seruan dari para tokoh Papua menegaskan bahwa provokasi hanya membawa kerugian, sementara harmoni membuka pintu kemajuan. Oleh sebab itu, penting bagi seluruh masyarakat Papua untuk mendengar suara bijak para tokoh mereka, agar tanah Papua tetap menjadi rumah yang aman, damai, dan sejahtera dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
)* Penulis merupakan Pengamat Pembangunan Papua