Pemerintah Terus Pantau Perkembangan Global Varian Covid XFG

Oleh: Samuel Frans *)

Kementerian Kesehatan terus memantau perkembangan varian baru COVID-19 yang dikenal sebagai XFG atau Stratus. Upaya ini mencerminkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas kesehatan masyarakat, di tengah dinamika penyebaran penyakit menular secara global. XFG saat ini telah menjadi varian paling dominan di Indonesia, menggantikan sejumlah varian sebelumnya dan menguasai 100 persen dari kasus positif yang terdeteksi pada Juni 2025.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan, varian XFG pertama kali terlihat mendominasi 75 persen kasus pada Mei, kemudian meningkat signifikan hingga sepenuhnya mendominasi pada bulan berikutnya. Temuan ini memperlihatkan bahwa pemerintah telah melakukan pemantauan aktif dan sistematis terhadap perubahan epidemiologi virus, sehingga mampu mendeteksi tren secara dini.

Meskipun Stratus memiliki kemampuan penularan yang tinggi akibat mutasi pada protein spike-nya, yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, para ahli memastikan bahwa gejala yang ditimbulkan tidak lebih berat dibandingkan varian Omicron. Pemerintah pun menegaskan bahwa vaksinasi tetap relevan dalam menekan risiko gejala berat maupun rawat inap. Dengan kata lain, efektivitas perlindungan imun dari vaksin tetap memiliki peran penting, sekalipun varian terus berevolusi.

Karakteristik klinis Stratus cukup mirip dengan varian sebelumnya, namun terdapat gejala khas berupa suara serak atau parau yang menonjol pada sebagian pasien. Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, gejala ini harus diperhatikan masyarakat sebagai indikator awal, namun tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium guna memastikan diagnosis. Pendekatan ilmiah berbasis bukti seperti ini menjadi landasan pengambilan kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi.

Sebagai subvarian rekombinan dari garis keturunan Omicron, XFG merupakan hasil gabungan antara varian LF.7 dan LP.8.1.2, dan memiliki empat mutasi penting yang memungkinkannya menyebar lebih luas. Hal ini sesuai dengan laporan global bahwa hingga pertengahan Juni 2025, varian ini telah terdeteksi di lebih dari 130 negara, menunjukkan bahwa pergerakan virus tidak mengenal batas wilayah. Pemerintah Indonesia pun mengantisipasi dinamika ini dengan terus memperbarui kebijakan kesehatan berdasarkan situasi terkini.

Meski World Health Organization (WHO) mengategorikan XFG sebagai varian dengan risiko rendah secara global, kehati-hatian tetap dikedepankan oleh pemerintah. Anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago, turut mengingatkan pentingnya kewaspadaan, terutama bagi kalangan lansia dan penderita penyakit penyerta. Ia juga mencatat bahwa meskipun beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mencatat penyebaran XFG, tingkat kematiannya relatif rendah dan sebagian besar pasien berhasil pulih. Pernyataan tersebut selaras dengan narasi pemerintah yang menekankan perlunya kesiapsiagaan tanpa menimbulkan kepanikan.

Dalam laporan terbarunya, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa kasus positif COVID-19 masih ditemukan, meskipun angkanya tidak menunjukkan lonjakan signifikan. Per minggu ke-30 tahun 2025, dari 186 spesimen yang diperiksa, terdeteksi 13 kasus positif. Total kasus sejak awal tahun mencapai 302 dari lebih dari 13 ribu spesimen, dengan tingkat positif sebesar 2,32 persen. Data ini menunjukkan bahwa sistem surveilans berjalan dengan baik dan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori terkendali.

Wilayah dengan kasus terbanyak tercatat di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pusat-pusat mobilitas tinggi tetap menjadi area yang memerlukan perhatian khusus, terutama dalam penerapan protokol kesehatan. Pemerintah daerah diminta turut aktif dalam mendukung upaya nasional dengan mengintensifkan edukasi kepada masyarakat.

Sebagai langkah mitigasi, pemerintah terus mengimbau penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Edukasi mengenai etika batuk dan bersin, penggunaan masker di area keramaian, serta kebiasaan mencuci tangan menjadi bagian dari strategi preventif. Langkah ini tidak hanya ditujukan untuk menanggulangi COVID-19, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat.

Vaksinasi juga terus didorong, baik dosis primer maupun booster, khususnya bagi kelompok rentan. Pemerintah memastikan ketersediaan vaksin dalam jumlah memadai dan berupaya menjaga distribusinya secara merata ke seluruh wilayah Indonesia. Strategi ini menunjukkan keseriusan dalam menjaga ketahanan sistem kesehatan nasional agar tidak goyah meski dihadapkan pada ancaman mutasi virus.

Stratus bukanlah varian pertama yang menantang upaya pengendalian pandemi, dan kemungkinan besar bukan yang terakhir. Namun, yang membedakan situasi saat ini dengan awal pandemi adalah kesiapan pemerintah dalam merespons, pengalaman yang telah terkumpul, serta sistem kesehatan yang semakin adaptif. Pemerintah Indonesia memilih pendekatan berbasis data dan mengedepankan kehati-hatian yang terukur dalam setiap kebijakan.

Situasi yang terjadi di negara-negara lain juga menjadi bahan evaluasi yang diperhatikan dengan seksama. Seperti dicontohkan oleh rendahnya angka kematian di Singapura dan Malaysia meskipun terdapat penyebaran XFG, pemerintah Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk memperkuat sistem respons tanpa tergesa-gesa memberlakukan pembatasan berskala besar. Fokus saat ini lebih diarahkan pada edukasi, pelacakan kasus secara aktif, serta penyesuaian kebijakan berbasis perkembangan terbaru.

*) Peneliti dari Lembaga Penelitian Terpadu Hospita

[ed]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top