Pemerintah Perkuat Deteksi Dini Hadapi Ancaman Covid XFG

Oleh : Rivka Mayangsari )*

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terus memperkuat sistem deteksi dini sebagai langkah antisipatif terhadap kemunculan varian baru COVID-19 yang kini dikenal dengan nama XFG atau Stratus. Varian ini teridentifikasi melalui sistem surveilans penyakit pernapasan yang diterapkan di berbagai wilayah Indonesia. Upaya ini menandai keseriusan pemerintah dalam merespons perubahan dinamika pandemi dengan pendekatan ilmiah, strategis, dan transparan.

Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, meminta pihak pemerintahagar mewaspadai varian baru Covid-19 bernama XFG atau Stratus. Varian baru tersebut saat ini menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.  Varian ini menyebar cepat di berbagai negara. Hingga akhir Juni 2025, tercatat sudah terdeteksi lebih dari 38 negara.

Berdasarkan laporan Kemenkes, pada Mei 2025 varian XFG telah mencakup 75 persen dari seluruh kasus COVID-19 yang terpantau. Kondisi ini mengalami peningkatan signifikan pada Juni 2025, ketika XFG menjadi satu-satunya varian yang terdeteksi di Indonesia, menggantikan varian sebelumnya seperti XEN yang sempat menyumbang 25 persen kasus pada bulan Mei. Dominasi XFG juga tidak terbatas di Indonesia. Per 13 Juni 2025, varian ini telah terdeteksi di 130 negara, dengan penyebaran terbesar di kawasan Eropa dan Asia.

Meski penyebarannya sangat cepat, Kemenkes menyampaikan bahwa varian XFG masih dikategorikan dalam risiko rendah. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Namun, kewaspadaan tetap harus dijaga, terutama bagi kelompok rentan seperti balita dan lansia. Protokol kesehatan seperti memakai masker di ruang tertutup, menjaga kebersihan tangan, serta menghindari kerumunan tetap disarankan, terlebih di area dengan tingkat penularan tinggi.

Selain XFG, perhatian juga tertuju pada subvarian global dari LF.7.9, yang saat ini telah teridentifikasi di 41 negara, terutama di kawasan Amerika dan Asia. Subvarian LF.7.9.1 dan LP.7 diketahui memiliki kemiripan dengan varian JN.1, yang sejak Desember 2023 ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Variants of Interest (VoI). Meski belum dikategorikan sebagai varian yang mengkhawatirkan secara global, Indonesia tetap memantau perkembangan ini dengan seksama.

Komitmen pemerintah dalam menangani situasi ini tercermin dari konsistensi dalam pengujian laboratorium. Sepanjang tahun 2025, Kemenkes mencatat sebanyak lebih dari 12 ribu spesimen diperiksa, dengan 291 kasus positif. Angka ini mencerminkan positivity rate sebesar 2,26 persen. Proporsi kasus terbanyak dilaporkan dari wilayah Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun terjadi peningkatan varian XFG, data menunjukkan bahwa tingkat keparahan kasus masih tergolong ringan.

Sebagai salah satu bentuk pencegahan, pemerintah juga memanfaatkan sistem rumah sakit sentinel sebagai garda depan dalam mendeteksi potensi lonjakan kasus. Hasil pemantauan terbaru menunjukkan tren positif: proporsi kasus COVID-19 yang dirawat di rumah sakit sentinel menurun. Bahkan selama dua minggu terakhir, tidak ada laporan kasus COVID-19 yang memerlukan penanganan di fasilitas kesehatan tersebut.

Namun, perhatian tetap diarahkan pada kelompok usia yang rentan. Pada minggu ke-27 tahun 2025, kelompok usia balita (0–4 tahun) dan usia produktif (18–59 tahun) menjadi penyumbang terbanyak kasus yang terdeteksi. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kelompok ini menjadi prioritas dalam langkah-langkah mitigasi.

Di sisi lain, tren rawat inap di ruang perawatan intensif (ICU) menunjukkan kondisi yang relatif terkendali. Tidak ada kasus COVID-19 yang membutuhkan perawatan ICU dalam dua bulan terakhir. Ini mengindikasikan bahwa meskipun varian XFG mendominasi, gejala yang ditimbulkan relatif ringan dan tidak menyebabkan lonjakan kasus berat seperti pada awal-awal pandemi.

Upaya pemerintah dalam menjaga situasi tetap terkendali juga melibatkan kerja sama antarinstansi dan penguatan komunikasi publik. Informasi yang akurat dan transparan terus disampaikan melalui berbagai saluran resmi. Pemerintah ingin memastikan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi objek perlindungan, tetapi juga subjek yang sadar dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan bersama.

Peningkatan deteksi dini dan surveilans epidemiologi menjadi salah satu strategi utama

yang ditempuh pemerintah. Dengan memperluas jangkauan pengujian dan meningkatkan kapasitas laboratorium di seluruh Indonesia, pemerintah berharap dapat mendeteksi varian baru secara lebih cepat dan meresponsnya sebelum menyebar luas di masyarakat.

Langkah-langkah ini bukan sekadar respons reaktif, tetapi bagian dari transformasi sistem kesehatan nasional pascapandemi. Pemerintah mendorong digitalisasi data kesehatan, peningkatan kapasitas SDM, dan kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ketahanan kesehatan nasional. Pengalaman menghadapi gelombang pandemi sebelumnya dijadikan pelajaran berharga dalam membentuk sistem respons kesehatan yang adaptif dan responsif.

Lebih dari itu, keberhasilan menghadapi COVID-19 bergantung pada kolaborasi semua pihak. Pemerintah pusat, daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus terus bersinergi menjaga tren positif ini. Dalam hal ini, peran serta masyarakat sangat vital—baik melalui kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan maupun kesediaan untuk divaksinasi jika diperlukan.

Oleh karena itu, kemunculan varian XFG memang menjadi tantangan baru, tetapi bukan ancaman yang tak terkendali. Pemerintah telah membuktikan kesiapan dalam menghadapi perubahan situasi dengan langkah ilmiah dan terukur. Dengan strategi deteksi dini yang diperkuat, koordinasi lintas sektor yang solid, dan partisipasi aktif masyarakat, Indonesia siap menghadapi tantangan COVID-19 di tahun 2025 dan seterusnya.

*) Pemerhati Kesehatan Publik

[ed]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top