Indonesia Siapkan Fasilitas Kesehatan Siaga Hadapi Munculnya Kasus COVID-19 Baru

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan temuan varian baru COVID-19 di Indonesia yang dikenal sebagai XFG atau Stratus.

Varian ini dilaporkan mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia pada dua bulan terakhir.

“Varian XFG mencatat dominasi sebesar 75 persen pada Mei, dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni 2025,” terang Kemenkes dalam laporan sistem surveilans penyakit pernapasan yang diterbitkan baru-baru ini.

Kendati penyebarannya cepat, Kemenkes menegaskan bahwa varian XFG tergolong ke dalam kategori risiko rendah.

“Masyarakat tidak perlu panik. Tetap jaga protokol kesehatan, terutama bagi kelompok lansia dan masyarakat dengan komorbid,” imbau Kemenkes.

Laporan tersebut juga menyebut bahwa XFG telah menyebar luas secara global. “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal spread. Per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara, paling banyak di Eropa dan Asia,” tulis Kemenkes.

Di sisi lain, Kemenkes memantau kemunculan varian lain seperti LF.7.9, yang telah teridentifikasi di 41 negara dan memiliki kemiripan dengan varian JN.1.

“JN.1 masih menjadi Variants of Interest (VoI) sejak ditetapkan pada Desember 2023. Berdasarkan penilaian risiko, varian ini tergolong risiko rendah secara global,” ungkap Kemenkes.

“Tidak ada indikasi subvarian ini lebih menular atau lebih berat dari sebelumnya. Namun kami tetap mengimbau kewaspadaan, khususnya untuk lansia dan penderita komorbid,” tambahnya.

Merespons perkembangan ini, sejumlah daerah mulai menyiapkan langkah antisipatif. Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, salah satunya, mulai menyiagakan fasilitas kesehatan dan sistem penanganan darurat.

“Rumah sakit sudah berkoordinasi dengan tim untuk waspada. Kami juga telah menyiapkan beberapa RSUD dalam keadaan siaga,” kata Wakil Bupati Tangerang, Intan Nurul Hikmah.

Ia menyampaikan bahwa Pemkab Tangerang telah menerima instruksi dari Kemenkes untuk memperketat kewaspadaan terhadap penyebaran COVID-19 varian baru.

“Tempat isolasi dan lain-lain kita aktifkan, persiapannya seperti saat dilanda pandemi dulu,” ujarnya.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, turut memberi penjelasan terkait karakteristik varian XFG.

“Masa inkubasinya cepat, rata-rata empat hingga lima hari. Tapi periode sakitnya juga singkat, dua sampai tiga hari, dan mayoritas memang tidak bergejala,” jelasnya.

“Meski begitu, ada juga yang mengalami suara serak, batuk ringan, atau gangguan penciuman,” lanjutnya.

Pemerintah mengingatkan masyarakat untuk tetap menjalankan pola hidup sehat, memakai masker di tempat umum, dan mencuci tangan secara rutin guna mencegah penyebaran virus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top